Ikhlas Menjadi Syarat Diterimanya Amal

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرْهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلآَهُ. أَمَّا بَعْدُ
Assalamu ‘alaikum warrahmatullohi wabaro kaatuuh,
Innalhamda lillaah nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu wa na’uudzu billaahi min syururi anfusinaa wamin sayyiaati a’maalinaa man yahdillahu falaa mudhillalahu wamay yudhlill falaa hadiyalahu.
Asyhadu allaa ilaha illalloh wahdahu laa syariika lahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warosuluhu laa nabiya ba’dah.
Allohumma sholli wasallim wa baarik ‘ala rosuulillaahi wa’alaa alihi wa ashhabihi waman walaahu. ammaa ba’du.
Jamaah yang dirahmati Alloh,
Dalam kesempatan kali ini, izinkan saya menyampaikan tausiyah singkat dengan judul “Ikhlas Menjadi Syarat Diterimanya Amal”.
Seperti kita ketahui bersama dalam hidup ini, kita sebagai umat Islam dituntun oleh Alloh SWT dan Rosululloh Muhammad SAW untuk senantiasa memperbanyak berbuat baik. Tidak ada ceritanya, ajaran Islam mengajak kita berbuat jahat.
Perintah Berbuat Baik
Berbuat baik sebenarnya adalah inti dari tujuan diturunkannya Islam melalui Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Kebaikan adalah inti dari ajaran Islam, tentu baik dalam pandangan Alloh SWT, bukan hanya pandangan manusia.
Jika dipelajari secara mendalam, semua ayat dalam Al Qur’an dan tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam sunnah-sunnah Beliau adalah berisi kebaikan.Dalam Qur’an surat Al Baqarah ayat 195, Alloh SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk berbuat baik, karena Alloh SWT menyukai orang-orang yang berbuat baik.
وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
wa anfiqụ fī sabīlillāhi wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahlukati wa aḥsinụ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn
195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Di surat Ar Rahman, Alloh SWT memberi kepastian bahwa balasan kebaikan adalah kebaikan pula :
هَلْ جَزَآءُ ٱلْإِحْسَٰنِ إِلَّا ٱلْإِحْسَٰنُ
hal jazā`ul-iḥsāni illal-iḥsān
60. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
Alloh SWT melarang kita berbuat kerusakan di muka bumi dan menyatakan bahwa DIA sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik :
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
wa lā tufsidụ fil-arḍi ba’da iṣlāḥihā wad’ụhu khaufaw wa ṭama’ā, inna raḥmatallāhi qarībum minal-muḥsinīn
56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Namun, Islam mensyaratkan standar yang tinggi dalam perbuatan baik yang kita lakukan. Maksutnya apa? Maksutnya adalah bahwa kebaikan yang kita lakukan itu belum cukup, belum tentu menjadi amal yang diterima oleh Alloh SWT.
Tidak cukup dengan kebaikan, lalu apa lagi?
Ikhlas
Islam tidak hanya menuntut kita berbuat baik, namun juga berbuat baik dengan ikhlas. Secara bahasa, ikhlas berarti bersih hati tulus hati (KBBI), murni.
Orang yang ikhlas tidak mengharapkan pujian dari manusia, tidak butuh pamer kepada sesama manusia dan merasa cukup amal perbuatannya hanya diketahui serta ditujukan kepada Alloh SWT.
Dalam Qur’an surat Al-A’raf ayat 29 diterangkan :
قُلْ أَمَرَ رَبِّى بِٱلْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا۟ وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَٱدْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
qul amara rabbī bil-qisṭ, wa aqīmụ wujụhakum ‘inda kulli masjidiw wad’ụhu mukhliṣīna lahud-dīn, kamā bada`akum ta’ụdụn
29. Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”.
Kemudian Surat Az Zumar ayat 11 :
قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ
qul innī umirtu an a’budallāha mukhliṣal lahud-dīn
11. Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.
Penutup
Jelas sekali diterangkan dalam ayat-ayat di atas bahwa kita umat Islam diperintahkan untuk melakukan semua amal perbuatan baik dengan ikhlas, karena Alloh SWT hanya akan menerima amal kita yang dilaksanakan dengan ikhlas.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i, Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya”.
Demikian ceramah singkat ini saya sampaikan, atas perhatiannya saya sampaikan terima kasih.
“وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
SUMBER : Kultum Kemuhammadiyahan