Kajian bulanan pada hari ahad, 02 Oktober 2022 yang di pandu oleh Bpk Muhammad Fatah berjalan dengan lancar dan baik. dengan Pemateri Ust. Al-Kodri, Lc,. M.Ag yang membawaka materi tentang Tharah sesuai dengan kaidah ( al quran dan hadist )

Pengertian Thaharah
Thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti bersih atau suci dan ini sudah disarikan ke dalam bahasa Indonesia. Pengertian thaharah secara bahasa adalah an-Nadafatu yang artinya bersih atau suci.
Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari najis dan hadas, sehingga seseorang diperbolehkan beribadah yang ditentukan harus dalam keadaan suci.
Bersuci dari hadas dapat dilakukan dengan berwudu, (untuk hadas kecil), atau mandi (untuk hadas besar) dan tayamum bila dalam keadaan terpaksa.
Bersuci dari najis meliputi suci badan, pakaian, tempat, dan lingkungan yang menjadi tempat beraktivitas bagi kita semua.
Islam memberi perhatian yang sangat besar terhadap bersuci (thahârah). Bersuci merupakan perintah agama yang bisa dikatakan selevel lebih tinggi dari sekadar bersih-bersih. Sebab, tidak semua hal yang bersih itu suci.
Hukum Thaharah
Hukum thahârah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang yang akan melaksanakan shalat.
Bersih dari najis dan menghilangkannya merupakan suatu kewajiban bagi yang tahu akan hukum dan mampu melaksanakannya.
Allah SWT berfirman:
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ
Wa siyaabaka fatahhir
Artinya: “Dan bersihkanlah pakaianmu”. (QS.Al-Muddassir: 4)
Lalu terdapat juga dalam surah berikut ini:
اَنۡ طَهِّرَا بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِيۡنَ وَالۡعٰكِفِيۡنَ وَالرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ….
…An tahhiraa Baitiya littaaa’ifiina wal’aakifiina warrukka’is sujuud
Artinya: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!! (Qs. Al Baqarah: 125)
Sementara bersih dari hadas merupakan suatu kewajiban yang sekaligus sebagai syarat sah shalat.
Hal ini berdasarkan pada sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:
“Shalat tidak diterima tanpa -didahului dengan bersuci.” (HR. Muslim no. 224)
Tata Cara Thaharah
Thaharah secara umum dapat dilakukan dengan empat cara berikut ini:
1. Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam badan.
2. Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.
3. Membersihkan hati dari akhlak tercela.
4. Membersihkan hati dari selain Allah.
ada beberapa macam-macam jenis air
1. Air Mutlak
Air Mutlak adalah air yang suci secara zatnya serta dapat digunakan untuk bersuci. Menurut Abi Suja’ ada 7 macam air yang masuk dalam kategori air mutlak. Beliau mengatakan:
المياه التي يجوز التطهير بها سبع مياه: ماء السماء، وماء البحر، وماء النهر، وماء البئر، وماء العين, وماء الثلج، وماء البرد
“Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air sumber, air salju, dan air es.“
2. Air Musyammas
Air Musyammas adalah air yang telah dipanaskan dibawah terik panas matahari dengan mengunakan wadah logam kecuali emas dan perak seperti besi dan baja.
Air ini suci secara materinya dan dapat digunakan untuk menghilangkan hadas dan najis namun dihukumi makruh dalam penggunaannya pada tubuh seperti untuk wudu dan mandi, sedangkan untuk mencuci pakaian air ini dihukumi mubah.
3. Air Musta’mal dan Mutaghayyar
Air pada klasifikasi ini dihukumi suci secara materinya namun tidak dapat digunakan untuk bersuci.
– Air Musta’mal: Air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, tatkala tidak berubah sifatnya dan tidak bertambah ukurannya setelah terpisah dari tempat yang dibasuh.
Contoh : Air bekas mandi atau wudu
– Air Mutaghayyar : Air yang telah berubah salah satu sifatnya (baik warna, bau, atau rasa) karena telah tercampur oleh sesuatu yang suci dengan perubahan yang mencegah kemutlakan nama air tersebut.
Contoh : Air sumur yang telah tercampur kopi, maka kemutlakan nama air (sumur) telah berubah sebab telah bercampur dengan sesuatu lain yang suci (kopi) sehingga namanya berubah dari “air sumur menjadi air kopi”.
4. Air Mutanajjis
Air Mutanajjis bukanlah air yang dihukumi najis secara zatnya sebagaimana air kencing atau air liur anjing. Air Mutanajjis adalah air awalnya suci namun telah berubah hukumnya menjadi najis karena tercampur dengan sesuatu yang najis seperti darah, kotoran cicak dan lain sebagainya.
Adapun keadaan air tersebut bisa dihukumi mutanajis adalah :
– Ketika air tersebut telah mencapai 2 qullah (kurang lebih 270 liter) kemudian terkena najis maka air itu akan dihukumi mutanajjis tatkala telah berubah salah satu dari sifatnya baik bau, warna ataupun rasa.
– Namun jika air itu kurang dari 2 qullah, maka akan tetap dihukumi mutanajjis ketika terkena sesuatu yang najis meskipun salah satu dari sifatnya tidak berubah.
Wallaho A’lam Bi-Shawab.
Sumber : Tharah